Berbicara
soal imunisasi ini jadi flashback
waktu anakku masih bayi, dimana dulu sejak umur nol bulan dia juga sudah
mendapatkan imunisasi dari dokter anaknya. Kebetulan saya menganut prinsip
“jalani apa yang dianjurkan oleh dokter anak” karena saya percaya apa yang
dilakukan terhadap anak saya memang sudah sesuai dengan ilmu kedokteran.
Belum lama ini imunisasi juga menjadi perbincangan para ibu-ibu, jangan vaksin A nanti anaknya begini dan begitu. Alhamdulillah saya bukan
termasuk ibu yang gampang menelan informasi yang belum jelas yang hanya sebatas
“katanya”. Serem juga sih kalau masih percaya informasi yang belum jelas.
Sedikit
bercerita waktu anakku mau vaksin cacar kalau tidak salah, ini agak susah karena dirumah sakit
biasa anakku melakukan imunisasi vaksin tersebut tidak banyak tersedia dan
dalam antrian. Lalu saya mencoba mendaftarkan dibeberapa rumah sakit dan
hasilnya pun sama, masuk dalam antrian. Yang mana nanti kalau tersedia akan
dihubungi oleh rumah sakit tersebut.
Akhirnya
iseng nyoba telp rumah sakit yang dekat rumah mama, ini pun bukan rumah sakit
besar. Ternyata disana tersedia vaksinnya, lalu sebelum saya kesana terlebih
dahulu mengkonsultasikan dengan dokter anakku. Saat itu dokter anakku
memberikan izin untuk melakukan vaksin dirumah sakit berbeda.
Saya pun
sempat bertanya dengan petugas rumah sakit “kenapa disini masih banyak tersedia
vaksinnya?” Petugas rumah sakitpun menjawab “karena ibu-ibu disini tidak ada
yang mau anaknya diberikan vaksin ini bu, jadi persediaan kita selalu ada”. Saat
itu saya gak kepikiran macam-macam karena cuma menanggapi “oh gitu sus, soalnya
ditempat anakku selalu kehabisan”.
Tersadar
waktu pembahasan tentang vaksin merebak, langsung keingatan deh dan sempat
terbersit “apa iya ini masyarakat dekat rumah mamahku anti sama vaksin?” sayang
banget kalau iya, padahal memberikan vaksin ini penting sekali untuk anak-anak
kita loh.
Pentingnya
Pemberian Vaksin Secara Lengkap
![]() |
Prof. dr. Cissy Kartasasmita, Sp.A |
Apa sih yang dimaksud dengan imunisasi? Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang paling cost efective, tidak ada tandingannya kecuali pengadaan air bersih. Kalau menurut Prof. dr. Cissy Kartasasmita, Sp.A- Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi "pemberian imunisasi pada anak itu sangat penting sekali dan tentunya pemberian ulangan sampai usia 18 bulan. Pemberian vaksin ini harus lengkap".
Yang harus diketahui ternyata mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.
Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah Eradikasi Polio (ERAPO), eliminasi campak dan rubela dan eliminasi tetanus maternal dan neonatal (ETMN).
![]() |
Tabel Imunisasi, sumber IDAI |
Adapun penjelasan dari tabel imunisasi diatas sebagai berikut:
- Vaksi Hepatitis B (HB), vaksin HB pertama (monovalent) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului dengan pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monovalen adalah usia 0,1 dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2,3 dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2,4 dan 6 bulan.
- Vaksin Polio, apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0, apabila di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1. polio-2, polio-3 dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3
- Vaksin BCG, pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.
- Vaksin DPT, Vaksin DPT pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau DPTa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan b=vaksin DPTa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2,4 dan 6 bulan. Untuk usia lebih dari 7 bulan diberikan vaksi Td atau Tdap. Untuk DPT 6 dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun.
- Vaksin Pneumokokus (PCV), apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan, dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia diatas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
- Vaksin Rotavirus, vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6 - 14 minggu (dosis pertama tisak diberikan pada usia kurang dari 15 minggu). dosis kedua diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batasa akhir pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia kurang dari 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
- Vaksin Influenza, diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 - 36 bulan, dosis 0,25 ml. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 ml.
- Vaksin Campak, vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
- Vaksin MMR/MR, apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin MMR/MR.
- Vaksin Varisela, diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
- Vaksin Human Papillona Virus (HPV), diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan jadwal 0, 1 dan 6 bulan, vaksin HPV tetravalent dengan jadwal 0, 2 dan 6 bulan. Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan.
- Vaksin Japanese Encephalitis (JE), diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
- Vaksin Dengue, diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6 dan 12 bulan.
Yang harus diingat adalah:
Immunization is the future health investment
Imunisasi sangat diperlukan karena:
- Menghasilkan kekebalan (imunitas) seperti infeksi alamiah akan menimbulkan kekebalan, imunisasi meniru kejadian infeksi alami dan tubuh membentuk kekebalan melalui pertahanan non spesifik dan spesifik.
- Mencegah penyakit yang menyebabkan kematian dan kecacatan.
- Memenuhi kewajiban hak anak.
Dampak jika anak tidak diberikan imunisasi:
- Anak tidak mempunyai kekebalan terhadap mikroorganisme ganas (patogen).
- Anak dapat meninggal atau cacat sebagai akibat menderita penyakti infeksi berat.
- Anak akan menularkan penyakit ke anak atau dewasa lainnya.
- Penyakit tetap berada di lingkungan masyarakat.
Program dan Pekan Imunisasi Dunia Tahun 2019
![]() |
drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid |
Kebetulan saya sendiri melakukan imunisasi secara lengkap kepada anak saya, sejak dia berusia dari nol bulan. Waktu awal dikasih buku journal mengenai tumbuh kembang anak, saya masih agak bingung-bingung nih sama apa sih manfaat dari semua imunisasi yang saya berikan ke anak. Jadi setiap melakukan imunisasi saya selalu bertanya dan konsultasi terlebih dahulu mengenai vaksin yang diberikan.
Menurut drg. R, Vensya Sitohang, M.Epid - Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dengan melakukan imunisasi dapat mencegah penyakit. Pencegahan umum, tidak spesifik (promotif, preventif):
- Memberikan ASI, makanan pendamping ASI dan perbaikan gizi
- Suplemen
- Kebersihan perorangan, sumber air dan lingkungan
- Belum mampu melindungi, terutama terhadap kuman atau bakteri atau virus yang berbahaya
Pencegahan secara spesifik:
- Efisien, efektif terhadap penyakit berbahaya
- Dalam 2 - 4 minggu terbentuk kekebalan terhadap penyakit berbahaya
- Semua negara dengan gizi baik, lingkungan bersih, tetap melakukan imunisasi sejak tahun 1950an sampai sekarang.
Tujuan program imunisasi untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Keberhasilan imunisasi, cacar berhasil dibasmi diseluruh dunia, Indonesia mendapat sertifikat bebas polio tahun 2014 dan Indonesia mengeliminasi tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir di tahun 2016.
Pelayanan imunisai dapat dilakukan di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan seperti:
- Posyandu
- Puskesmas
- Puskesmas pembantu
- Rumah sakit pemerintah
- Rumah sakit swasta, klinik dokter praktik swasta, klinik bidan praktik mandiri
- Fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
- Sekolah-sekolah pada pelaksanaan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).
Pekan Imunisasi Dunia (PID) diprakarsai pada Sidang Kesehatan Dunia (World Health Assembly) pada bulan Mei 2012. Waktu pelaksanaannya yaitu minggu keempat bulan April setiap tahunnya. Telah dilaksanakan di lebih dari 180 negara, termasuk Indonesia.
Faktanya 19,9juta anak tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap pada tahun 2018 di 10 negara termasuk Indonesia didalamnya.
Pada tahun 2019 tema Pekan Imunisasi Dunia (PID):
Global
"Protected Together: Vaccines Work!
Nasional
"Imunisasi Lenkap, Indonesia Sehat"
PID nasional tahun 2019 akan dilaksanakan pada tanggal 23 - 30 April 2019 dan akan melibatkan seluruh masyarakat untuk mendukung kesuksesan Pekan Imunisasi Dunia 2019.
Fatwa MUI Tentang Imunisasi
![]() |
Dr. HM. Asrorum Ni'am Sholeh MA |
Yang masih jadi perdebatan sampai hari ini sebenarnya tentang halal atau tidaknya beberapa vaksin yang beredar, karena seperti yang kita ketahui ada cerita mengenai vaksin mengandung babi. Tentu ini membuat resah para ibu terutama muslim. Vaksin memang sangat diperlukan tapi kita juga harus tau apakah itu halal?
Dr. HM. Asrorum Ni'am Sholeh MA - Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat memberikan pemaparan mengenai fatwa MUI mengenai vaksi. Sudah tentu sebagai muslim pengobatan harus dilakukan dengan barang yang halal. Penggunaan barang halal disini tidak terbatas pada dzatnya, melainkan juga dalam melakukan proses produksinya.
Fatwa dan Keputusan MUI tentang Imunisasi
Banyak yang harus diketahui terutama untuk para ibu dan calon ibu, menurut MUI ada beberapa fatwa yang dikeluarkan oleh MUI tentang imunisasi ini. Diantaranya sebagai berikut:
Fatwa tentang penggunaan vaksin Polio Khusus (IPV) pada tahun 2002:
Fatwa dan Keputusan MUI tentang Imunisasi
Banyak yang harus diketahui terutama untuk para ibu dan calon ibu, menurut MUI ada beberapa fatwa yang dikeluarkan oleh MUI tentang imunisasi ini. Diantaranya sebagai berikut:
Fatwa tentang penggunaan vaksin Polio Khusus (IPV) pada tahun 2002:
- Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin, yang berasal dari atau mengandung benda najis ataupun benda terkena najis adalah haram.
- Pemberian vaksin IPV kepada anak-anak yang menderita immunocompromise, pada saat ini dibolehkan, sepanjang belum ada IPV jenis lain yang suci dan halal.
Penggunaan Vaksin Polio Oral (OPV) Tahun 2005
- Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin, yang berasal dari atau mengandung benda najis ataupun benda terkena najis adalah haram.
- Pemberian vaksin OPV kepada seluruh balita, pada saat ini, dibolehkan, sepanjang belum ada OPV jenis lain yang produksinya menggunakan media dan proses yang sesuai dengan syariat Islam.
Fatwa Tentang Obat dan Pengobatan Nomor 30 tahun 2013
- Islam mensyariatkan pengobatan karena ia bagian dari perlindungan dan perawatan kesehatan yang merupakan bagian dari menjaga Al-Dharuriyat Al-Khams.
- Dalam ikhtiar mencari kesembuhan wajib menggunakan metode pengobatan yang tidak melanggar syariat.
- Obat yang digunakan untuk kepentingan pengobatan wajib menggunakan bahan yang suci dan halal.
- Penggunaan bahan najis atau haram dalam obat-obatan hukumnya haram.
- Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan hukumnya haram kecuali memenuhi syarat.
- Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan luar hukumnya boleh dengan syarat dilakukan pensucian.
Vaksin halal merupakan kewajiban dan tanggung jawab kolektif pemerintah dan ilmuan
- Penyedia vaksin halal adalah salah satu langkah strategis percepatan program imunisasi
- Penggunaan konsumsi halal, termasuk di dalamnya obat adalah tuntutan agama yang merupakan hak warga negara dan dilindungi oleh konstitusi
- Ketiadaan vaksin halal menjadi dosa besar para ilmuan
- Tanggung jawab kolektif untuk mewujudkan vaksin halal
- Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Indonesia untuk melakukan penelitian yang serius agar menemukan vaksin meningitis yang halal.
- Para ilmuan dan ulama harus melakukan ijtihad dan jihad keilmuan untuk menemukannya
- Untuk memenuhi kebutuhan umat Islam, maka wajib hukumnya bagi para ilmuan untuk melakukan penelitian dan penemuan vaksin halal
Produsen vaksin wajib mensertifikasi halal produk vaksin sesuai ketentuan peraturan perundangan - undangan. Sesuai dengan Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2016.
Ah, kujadi inget anakku juga, sedari lahir diberikan imunisasi lengkap sebelum 2 tahunan, udah gede pun masih sesuai dengan aturan2 yang diberikan. Alhamdulillah sampe saat ini sehat2 selalu dan semoga anak2 kita selalu diberikan kesehatan ya.
BalasHapusAlhamdulillah ya teh, karena memang ternyata anak-anak itu butuh vaksin
HapusAku juga menganut prinsip sama kayak mbak Chiechie yaitu ikutin aja saran dokter anak. Sampai sekarang alhamdulillah masih terus imuninasi sesuai jadwal dan anakku sehat2 selalu
BalasHapusBetul mbak, aku pun gitu
Hapusyang jadi permasalahan bukan di "babi"nya juga deh kayaknya yang jadi perdebatan di kalangan ummat muslim, tapi lebih pada kekebalan tubuh sendiri.
BalasHapussejujurnya saya juga masih ingin mencari tahu tentang yes or no- nya vaksin
Kemarin kalau menurut MUI selain ada "babinya" perhatikan kandungannya dan juga yang disarankan pihak rumah sakit terbuka dengan hal ini.
HapusAaahh, bener niiih. Edukasi tentang imunisasi kudu terus-menerus digalakkan.
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--
banget mbak
HapusZril, anak saya, imunisasi dasarnya sudah lengkap. Tinggal yang ulangan dan tambahan. Ada yang masih ragu sih seperti polio yang juga diinjeksikan, masih tanya2 ke dokter spesialis anak
BalasHapusKemarin kalau menurut dr Cissy, Polio ini penting mbak tapi balik lagi bisa tanyakan ke dokter anaknya.
HapusWah banyak juga ya Mbak prosentase anak yang enggak mendapatkan imunisasi secara lengkap di tahun lalu.
BalasHapusKalau aku pernah lupa imunisasi anak soalnya pas jadwalnya, dia lagi sakit. Trus ditunda bulan depannya. Nah, bulan depannya ini yang kelupaan. Untung bidannya teliti sama catatannya. Hehe.
Aku ralat untuk prosentasenya segitu untuk 10 negara, maaf terjadi kesalahan.
HapusSosialisasi imunisasi saat ini sudah lebih jelas. Dulu di kampung saya blm ada sosialisasi seperti mendetail begini jadi warga yang awam malah semakin takut. Yang sok tahu malah nakut-nakuti dll. Jadi pada mogok deh bawa anak imunisasi.
BalasHapusNah, betul memang yang di kampung ini sosialisasinya tidak seperti perkotaan kalau kataku. Karena aku mendapatkan vaksin yang sulit dicari itu di rumah sakit daerah.
HapusAlhamdulillah semua anak2ku imunisasi secara lengkap.. . sekitar 20tahun yang lalu (anakku yang sulung usia 17 tahun) sepertinya belum heboh tentang haram nya imunisasi CMIIW
BalasHapusBetul mbak, sekarang ini heboh dan seperti biasa membuat orang jadi tambah takut.
HapusAku heran kenapa ya ada ibu-ibu yang anti vaksin, padahal gratis juga itu imunisasi wajib ditanggung bpjs. kalau memang anti vaksin ya nggak usah ajak2 lah
BalasHapusIya, ini terjadi malahan di grup komunitasku ada salah satu ibu yang gak percaya vaksin.
HapusKalau saya termasuk emak-emak yang manut aja siy, alhamdulillah anak bisa full imunisasinya sampai ke tambahan2nya mbak.
BalasHapusPadahal anak itu kalau sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap juga termasuk mencegah penyakit berbahaya
HapusKedua anak saya sudah komplit mendapatkan imunisasi. Ketika ada booster imunisasi pun saya ikutkan. Alhamdulillah sehat-sehat semua.
BalasHapusAku dukung pemberian imunisasi bagi anak, mba. Mnurutku memang ini hak anak untuk di imunisasi. Dan aku pun bersyukur anakku ya di imunisasi. Alhamdulullah tulisan seperti ini smoga bikin banyak yang melek buat imunisasi ya
BalasHapusIya banget, hari gini mah imunisasi udah jadi keharusan. Di tengah gempuran banyak penyakit, imunisasi adalah antisipasi yang paling ampuh. Dan sebagai muslim, halal adalah pilihan mutlak. Alhamdulillah ya vaksin buat anak-anak udah pada halal.
BalasHapusAlhamdulillah, anak-anakku full imunisasinya. Semoga semakin banyak ya anak Indonesia yang diimunisasi dengan sudah diklarifikasikan ttg halalnya vaksin
Hapuskeraguan halal ini yang membuat banyak kekhawatiran di kalangan ortu ya, tapi memang beda kalau ada jaminannya sekarang. Plus edukasi dan penyebaran informasinya yang terus-menerus, karena masyarakat sekarang gak bisa cuma disuruh-suruh aja ya.
BalasHapusSepakat mba imunisasi merupakan investasi kesehatan masa datang.
BalasHapusGa kebayang klo anak2 kita ga diimunisasi mengingat masalah kesehatan makin random muncuk di sekitar kita
Imunisasi itu penting sekali karena aku merasakan manfaatnya. Anak jadi jarang sakit dan niatnya tidak menularkan ke orang lain. Sampe sekarang anakku masih melakukan imunisasi pengulangan kak
BalasHapusSaya tim wajib imun. karena penyakit sekarang makin banyak dam macam-mcam, virus-virus juga udah jago bermutasi, ikhtiar memberi proteksi untuk anak wajib dioptimalkan :)
BalasHapusAlhamdulillah anakku termasuk yang lumayan lengkap imunisasinya. :) Abisnya jaman sekarang deg-degan sama penyakit yang cepat menyebar huhu
BalasHapuspas banget lho ngomongin imunisasi sama tetangga eh dia bilang takut imunisasi karena menyebabkan autisme. Untung aja dengar penjelasan Kemenkes kalau itu hoax.
BalasHapusDulu ketika anak-anak masih kecil, saya berikan mereka imunisasi lengkap.
BalasHapusZaman sekarang banyak ibu yang galau tentang kehalalan imunisasi. Untung saja pemerintah cepat tanggap ya, langsung memberikan sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi.
Alhamdulillah kami termasuk yang tim pro vaksin. Ngeri aja sih sama penyakit jaman now yang sukanya bermutasi jadi bentuk macam-macam. DB aja sekarang jenisnya udah ada banyak kan? itu belum penyakit lainnya. Makanya perlindungan anak prioritas terpenting kami.
BalasHapusSayang ya, masih banyak ternyata yg anti vaksin :( Padahal penting banget utk anak dan generasi selanjutnya. Alhamdulillah anakku semuanya vaksin lengkap, termasuk ulangannya setelah mereka sekolah pun tetap vaksin.
BalasHapusAlhamdulillah aku lengkap anak-anak
BalasHapusDoanya moga imunisasi tambahn juga bisa gratis dari pemerintah 😂
Btw, penting imunisasi itu mak secara butuh banget buat sekolah
Yang aku masih berfikir keras adalah kenapa pemerintah mengharuskan beragam vaksin ini itu ya padahal sejatinya manusia dibekali kekebalan tubuh masing-masing guna menangkal beragam penyakit. Eh ini fikiran aku aja sih gak perlu dioerdebatkan. Aku nggak anti vaksin sih Mak, toh aku juga dulu sewaktu kecil pernah divaksin. Namun makin hari vaksin jadi makin banyak. Pusing ngapalinnya. Padahal zaman dulu cuma ada polio, campak, difteri yang mudah diingat jadi kita nggak kelewat buat vaksin.
BalasHapusAku waktu dulu buka buku kesehatan anakku sampai bingung awalnya lihat deretan nama vaksin. Hahahahaaaa
Hapusada yang nggak vaksin penyakit berbahaya seperti rubella ini bikin nyebelin, jadi ada ibu hamil yg kena kan kasihan, huhu
BalasHapusIni temenku pernah kena mbak, akhirnya gugur si dedek bayik.
HapusAku setuju vaksin,,,sangat
BalasHapusAnakku cacat dan meninggal karena saat hamil ditengarai aku terinfeksi virus oleh okter
Jadi tolong yang anti vaksin itu berpikir berulang kali
Karena bukan hanya dia sendiri yang bisa kena penyakit berbahaya, tapi ornag lain pun berpotensi ditularkannya
Waah kemarin kaku jg datang ke sharing tentang vaksin DNA ngebuka mataku banger mbam aku pro vaksin to belum tahu banget manfaatnya tp baca ini jd semakin tercerahkan betapa penting momvaksin anak yaa.
BalasHapusImunisasi bener2 jadi prioritas untuk aku. Jadi jauh sebelum anak lahir udah harus paham bener apa saja imunisasi yang wajib dilakukan
BalasHapusSejak anak2 kecil kami selalu konsen ke imunisasi anak2 biar mereka tumbuh sehat dan jarang kena penyakit. Alhamdulillah ada penjelasan halalnya jg ya mbak. Semoga semua produsen vaksin jg makin sadar sama pentingnya mengurus status kehalalan vaksin.
BalasHapusBetul ini. Imunisasi itu penting banget, sedih ketika ada temen yang anaknya gak imunisasi, padahal MUI sudah kasih fatwa halal. Hiks.
BalasHapusAnak kedua nih belum imunisasi campak (sekarang 17bulan) waktu jadwalnya imun si Adek sakit, demam, abis itu lanjut batuk, lepas si Adek batuk gantian Kakak yang sakit jadi deh gak sempat aja gitu terus imun. 18 bulan masih kan ya, InsyaAllah klo Adek bayi nya imun BCG sekalian dengan doi juga deh campak.
BalasHapusEmang yaaa masalah vaksin ini msh jadi PR juga buat semua, apalagi ilmuwan biar semua gak risau lagi perihal kehalalannya :)
kalo aku mikirnya imunisasi lebih banyak manfaatnya, jadi wajib buatku. dulu mah yg ditakutin tuh anak jd hyperaktif kalo kebanyakan vaksin. jadi takut karna byk denger omongan orang yang "katanya"
BalasHapusAnakku juga diimunisasi tapi kayaknya nggak terlalu lengkap soalnya kadang nggak sempat ke bidan. Imunisasinya ikuti yang di buku kia aja
BalasHapusAlhamdulillah Azzam sudah dapatkan imunisasi lengkap, bingung juga tahu ada beberapa orang tua yang ga mau anaknya di imunisasi.
BalasHapusPadahal imunisasi itu penting bagi pertumbuhan anak-anak
Sejauh ini anak saya sudah lengkap imunisasinya sesuai dengan arahan bidan. Cuma kalau yang imunisasi tambahan di luar program pemerintah emang belum pernah sih. Yang penting imunisasi dasar sudah lengkap.
BalasHapusAku termasuk ibu-ibu yang manut sama dokter anak juga. Untuk urusan vaksin, deteksi penyakit aku percaya mereka lebih tahu. Dan akhamdulillah anak-anak gak ada masalah dengan vaksin. Semoga ikhtiar kita ini bermanfaat untuk masa depan anak ya, Mbak.
BalasHapus